Wednesday, December 24, 2014

Sejarah Curug Citambur

Wisata Curug Citambur

Assalamualaikum
Curug Citambur, sebuah air terjun yang ketinggianya kira-kira 100 meter di Desa Karangjaya Kecamatan Pasirkuda Cianjur Selatan. Airnya sangat dingin dan tak ada yang berani bermandi di air jatuhanya. Dipastikan badan akan terasa sakit sekali bila tertimpa air jatuhanya karena volumenya cukup cukup besar.
Air terjun yang lokasinya selatan Ciwidey Kab. Bandung, yang jaraknya kira-kira 40km itu, berpanorama indah. Sekitar Curug selalu diliputi kabut tipis dan suara jatuhnya begitu keras dan sesekali suara burung kutilang, seakan memperkaya simfoni suara alam kawasan itu.
Berada di sana di alam yang masih “perawan”, belum banyak disentuh tangan manusia. Objek wisata itu masih eksotis. Ada dua versi kenapa curug citambur itu bernama Citambur. Dargana, Ketua Badan Pertimbangan Desa (BPD) Desa karangjaya menjelaskan, kata orang tua dulu, setiap air terjun yang jatuh ke kolam berbunyi “Bergedebum” seperti tambur. Sejenis alat music khaas Sunda.
Saat itu, mungkin volume air terjun jauh lebih besar dari sekarang dan kolamnya cukup luas sehingga menimbulakn bunyi seperti air menimpa kolam. Seiring menyusutnya volume air, bunyi itu tak terdegar lagi.
Versi lain, curug tersebut dulu termasuk wilayah Kerajaan Tanjung Anginan, yang yang rajanya bergelar Prabu Tanjung Anginan. Pusat kerajaanya berada di Pasirkuda, yang termasuk Desa Simpang, Kalibaru, Pusakajaya dan Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda. Dugaan pusat kerajaan di sana karena ada batu yang berbentuk kursi yang diyakini warga sebagai tempat duduk raja. Sementara itu, nama Pasirkuda karena ada sebuah batu bukit (Pasir dalam Bahasa Sunda) yang berbentuk Kuda.
Pada saat kerajaan berdiri, setiap raja mau mandi ke curug selalu ditengarai dengan suara tambur, yang ditabuh para pengawal. Suara berdebumnya alat music tabuh itu terdengar cukup jauh sehingga Pasirkuda menyebutnya Curug Citambur.
Namun, baik dargana maupun Kepala Desa Karangjaya Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur, Bah Umar tidak mengetahui, abad ke berapa Kerajaan Tanjung Anginan berdiri. Dalam buku-buku sejaran yang ada pun tak dikenal kerajaan tersebut. Mungkin, Kerajaan Tanjung Anginan sebuah legenda. Hanya yang pasti, kata Bah Umar, di Curug Citambur sesekali ada yang bertapa. Mereka sepertinya menganggap curug itu ada kekuatan supranatural.
Meski curug Citambur yang mempesona belum diberdayakan secara optimal, terlebih isa ikut membantu mensjahtrakan warga sekitar, tetapi penduduk di sana berkeyakinan satu saat air terjun tersebut bias membebaskan warga dari lilitan kemiskinan.
Ade Jogor, tokoh masyarakat Karangjaya mengungkapkan, menurut orang tua, paling tidak ada berapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain, jika ada pihak luar yang mau menata.
Pendapat itu bias dipahami, terlebih jika menelusuri wilayah selatan, mulai dari Ciwalini, Kabupaten Bandung – Pasirkuda-Tanggeung-Sindangbarang-Cidaun-Naringgul, Kabupaten Cianjur – Ciwalini (Jalur Melingkar) banyak objek wisata yang potensial yang belum diberdayakan.


No comments:

Post a Comment